Sehati, Suwandi - Wahyudi Iswanto
Melanjutkan Duet Birokrasi
BUPATI Mojokerto Drs H Suwandi MM mengaku 'angkat topi' dengan kader-kader PDI Perjuangan setempat. Pasalnya, meski PDI Perjuangan menang signifikan di Kabupaten Mojokerto saat Pemilu Legislatif 2009, mereka memperkenankan salah satu kader terbaiknya untuk mendampinginya dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Mojokerto 2010 mendatang.
"Sebenarnya PDI Perjuangan menang signifikan di kabupaten ini. Tetapi, setelah sharing dengan saya, Pak Haji Is (Wabup H Wahyudi Iswanto yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Mojokerto, red) berkenan sebagai cawabup," ujar Suwandi, di depan ribuan kader, jajaran struktural dan kepala desa se-Kabupaten Mojokerto dalam rakercabsus di GOR Mojosari beberapa hari lalu. Pejabat birokrasi yang bertahun-tahun menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto ini menjadi wabup mendampingi H Achmady, yang pada tahun 2008 lalu melepas jabatan bupati karena mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Timur. Dia kemudian menggantikan posisi Achmady dan dilantik sebagai bupati pada 13 Juni 2008.
Sementara, Wahyudi Iswanto SE SH resmi menjadi pejabat birokrat nomor dua di Kabupaten Mojokerto mulai 10 Oktober 2008. Kader PDI Perjuangan yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua DPRD itu menggantikan posisi Suwandi sebagai wabup melalui proses pemilihan di DPRD setempat.
Pejabat birokrat yang baru berduet memimpin Kabupaten Mojokerto sekitar satu tahun ini kemudian sama-sama merasa sehati dan sejalan. Sehingga mereka berpasangan kembali sebagai cabup-cawabup dalam Pilbup 2010, dan secara aklamasi dikukuhkan dalam Rakercabsus di GOR Mojosari.
Bersama Wahyudi Iswanto memimpin Kabupaten Mojokerto, Suwandi bertekad melanjutkan program pembangunan yang berorientasi kerakyatan yang selama ini sudah mereka lakukan. Di antaranya di bidang pendidikan, kesehatan dan program lainnya yang menyentuh rakyat secara langsung.
Di bidang pendidikan misalnya, menurut Suwandi, bidang ini mendapat prioritas. Misalnya, pemkab membuat terobosan sharing dana BOS, sebesar Rp 10.000 tiap siswa sekolah. Dana itu dirinci, Rp 5.000 untuk peningkatan mutu dan Rp 5.000 untuk wisata lokal.
"Wisata lokal bagi siswa ini kami anggarkan, agar semua siswa di Kabupaten Mojokerto lebih mengenal potensi wisata di daerahnya. Misalnya, kawasan wisata di bekas kerajaan Majapahit," jelasnya.
Dia juga mencontohkan anggaran yang menyentuh rakyat di bidang kesehatan. Selain dana jamkesmas dari pemeritah pusat bagi warga miskin, menurut Suwandi, Pemkab Mojokerto juga menyiapkan dana tanggap darurat di luar Jamkesmas. Tahun 2009 ini, dana tanggap darurat dianggarkan sebesar Rp 1,8 miliar.
Suwandi juga memaparkan program bedah rumah dan plesterisasi di seluruh Kabupaten Mojokerto. Program-program yang masih berjalan tersebut, katanya, harus dituntaskan selama lima tahun ke depan.
"Yang masih jadi pemikiran saya sekarang, yakni para tukang becak yang usianya sudah tidak layak lagi untuk mencari penumpang. Mereka akan kami beri pelatihan kerja yang sesuai dengan usianya. Sehingga mereka nantinya tetap bisa mendapat penghasilan tanpa jadi tukang becak lagi," harapnya.
http://omjosradio.listen2myradio.com/